Selasa, 04 Oktober 2011

Asuhan Keperawatan Pada Sistem Pernapasan Dengan Bronchitis Akut



LAPORAN PENDAHULUAN BRONKHITIS
·         Definisi
Bronkitis adalah suatu peradangan pada saluran pernafasan (bronkhus). Bronkitis berarti infeksi pada broncus, yakni adanya inflamasi lapisan mukosa jalan nafas trakea bronchial yang secara terus-menerus memproduksi mucus yang berlebihan, juga peningkatan progresif pada batuk produktif dan dispnea.
Bronkhtis dibagi menjadi 2 yaitu :
1.    Bronkitis kronis adalah kelainan pada bronkus yang sifatnya menahun yang disertai dengan batuk hampir setiap hari disertai pengeluaran dahak ± 3 bulan dalam 1 tahun dan terjadi paling sedikit selama 2 tahun.
2.    Bronkitis akut adalah suatu peradangan bronkhi dan kadang-kadang mengenai trakea.
·         Etiologi
            Ada 2 jenis penyebab bronkhitis yaitu :
1.      Infeksi : stafilokokus, streptokokus, pneumokokus, hemphilus influenzae.
2.      Rangsang, asap pabrik, asap mobil, asap rokok.

·         Patofisiologi
Bronkhitis terjadi karena adanya penebalan danekekauan mukosa bronkhus akibat dari vasodilatasi bendungan dan edema, sehingga area mukosa dapat terinfiltrasi dengan leukosit, makrofag dan leukosit poti morfonuklean yang mengakibatkan sekresi yang berlebihan ditambah penyempitan jalan nafas yang menyebabkan obstruksi pertama pada ekspirasi maksimal dan selanjutnya aliran udara inspirasi maksimal yang mengakibatkan terjadinya sesak.
Penyempitan juga terjadi pada saluran nafas kecil yang berdiameter 2 mm menjadi lebih sempit, berkelok-kelok dan berobliterasi. Penyempitan terjadi karena metaplasia sel goblet. Begitu pula dengan saluran nafas besar menyempit karena hipertropi dan hyperplasia kelenjar mucus.

·         Manifestasi Klinis
-         Batuk produktif dengan dahak purulen.
-         Demam
-         Suara serak.
-         Ronchi terutama sewaktu inspirasi.
-         Nyeri dada kadang-kadang timbul.
-         Dispnea.

·         Pemeriksaan Diagnostik
-        Analisa gas darah memperlihatkan penurunan oksigen arteri dan peningkatan karbondioksida arteri.
-         Pemeriksaan sinar x-thorax dapat membuktikan adanya bronkitis kronik.
-         Pemeriksaan fungsi paru mungkin menunjukkan adanya abstruktif jalan nafas.

·         Penatalaksanaan
  1.      Penyuluhan kepada klien tentang bahaya merokok.
  2.     Terapi antibiotik terutama pada musim dingin untuk mengurangi insiden infeksi saluran napas bawah, karena setiap infeksi akan semakin meningkat pembentukan mukus dan pembengkakan.
  3.      Peningkatan asupan cairan dan ekspekstorran untuk mengencerkan dahak.
  4.      Pengelolaan sehari-hari untuk mengurangi obstruksi jalan pernafasan dengan cara pemberian bronkodilator.
  5.      Istirahat untuk mengurangi kebutuhan oksigen.
·         Komplikasi
  1.      Hipertensi paru.
  2.      Dapat timbul kanker paru.
  3.      Pneumonia.
  4.      Kegagalan pernafasan.
  5. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN BRONKHITIS
    A. Pengkajian
    1. Biodata
               Kaji biodata mulai dari nama, alamat, usia, pendidikan, agama.
    2. Riwayat Kesehatan
    a. Keluhan Utama
    Tanyakan pada klien. Apa yang paling dirasakan oleh klien pada saat pengkajian.
    b. Riwayat Penyakit Dahulu
    Tanyakan pada klien. Apakah klien pernah atau sedang menderita suatu penyakit lainnya dan pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya. Dan tanyakan juga tindakan apa saja yang telah dilakukan serta obat apa saja yang telah dikonsumsi.
    c. Riwayat Penyakit Sekarang
    Klien pada umumnya mengeluh sering batuk, demam,  suara serak dan kadang nyeri dada.
    d. Riwayat Penyakit Keluarga
    Kaji adakah keluarga klien yang sedang atau pernah mengalami penyakit yang sama dengan penyakit klien. Dan tanyakan apakah ada anggota keluarga klien yang mempunyai penyakit berat lainnya.
    3. Pemeriksaan Fisik :
    a. Kepala dan leher
    Kepala          : Kaji bentuk dan ada tidaknya benjolan.
    Mata             : Kaji warna sklera dan konjungtiva.
    Hidung          : Kaji ada tidaknya pernafasan cuping hidung.
    Telinga          : Kaji
    Mulut            : Kaji mukosa dan kebersihannya.
    Leher            : Ada tidaknya pembesaran vena jugularis.
    b. Sistem Integumen
    Rambut         : Kaji warna dan kebersihannya.
    Kulit              : Kaji warna dan ada tidaknya lesi.
    Kuku             : Kaji bentuk dan kebersihannya.
         
    c. Sistem Pernafasan          
    Inspeksi         : biasanya pada klien bronkhitis terjadi sesak, bentuk dada barrel chest, kifosis.
    Palpasi           : Iga lebih horizontal.
    Auskultasi      : Adakah kemungkinan terdapat bunyi napas tembahan, biasanya terdengar ronchi.
    d. Sistem Kardiovaskuler
    Inspeksi         : Kaji apakah ada pembesaran vena ingularis.
    Palpasi          : Kaji apakah nadi teraba jelas dan frekwensi nadi.
    Auskultasi     : Kaji suara s1, s2 apakah ada suara tambahan.
    e. Sistem Pencernaan
    Inspeksi         : Kaji bentuk abdomen, ada tidaknya lesi.
    Palpasi          : Kaji apakah ada nyeri tekan
    Perkusi          : Kaji apakah terdengar bunyi thympani
    Auskultasi      : Kaji bunyi peristaltik usus.
    f. Sistem Reproduksi
    Kaji apa jenis kelamin klien dan apakah klien sudah menikah.
    g. Sistem Pergerakan Tubuh
    Kaji kekuatan otot klien.
    h. Sistem Persyarafan
    Kaji tingkat kesadaran klien dan GCS.
    i. Sistem Perkemihan
    Kaji apakah ada gangguan eliminasi urin.
    4. Aktivitas sehari-hari di rumah
    Kaji pola makan, minum, eliminasi BAB, eiminasi BAK, istirahat tidur dan kebiasaan klien.
    5. Riwayat Psikososial-Spiritual
    Psikologis         : apakah klien menerima penyakit yang dideritanya atau menarik diri?
    Sosial          : bagaimana interaksi klien terhadap lingkungan sekitar sebelum dan selama sakit dan apakah klien dapat beradaptasi dengan lingkungan baru (rumah sakit)?
    Spiritual         : apakah dan bagaimana klien mengerjakan ibadahnya saat sakit?
    6. Pemeriksaaan diagnostik
    ·         Rongent
    Peningkatan tanda bronkovaskuler
    ·         Tes fungsi paru
    Memperkirakan derajat disfungsi paru
    ·         Volume residu
    Meningkat
    ·         GDA
    Memperkirakan progresi penyakit (PaO2 menurun dan PaCO2 meningkat atau normal)
    ·         Bronkogram
    Pembesaran duktus mukosa
    ·         Sputum
    Kultur untuk menentukan adanya infeksi,identifikasi pathogen EKG
    Disritmia arterial
    ·         EKG latihan
    Membantu dalam mengkaji derajad disfungsi paru untuk program latihan
    B. Prioritas perawatan
    1.      Mempertahankan patensi jalan nafaS
    2.      Membantu tindakan untuk mempermudah pertukaran gas
    3.      Mempertahankan pola nafas yang efektif
    4.      Meningkatkan masukan nutrisi
    5.      Mencegah komplikasi, memperlambat memburuknya kondisi serta mencegah infeksi
    6.      Mengurangi kecemasan yang dialami klien
    7.      Memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan program pengobatan
    C. Diagnosa perawatan
    1.      Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
    2.      Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh sekresi, spasme bronchus.
    3.      Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan broncokontriksi, mukus.
    4.       Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispneu, anoreksia, mual muntah.
    5.      Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan menetapnya sekret, proses penyakit kronis.
    6.       Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
    7.      Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan perawatan di rumah
     Intervensi
    1.      Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
    Tujuan : Mempertahankan jalan nafas paten.
    Rencana Tindakan:
    a.       Auskultasi bunyi nafas
    Rasional : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat dimanifestasikan dengan adanya bunyi nafas.
    b.      Kaji/pantau frekuensi pernafasan.
    Rasional : Tachipnoe biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan selama / adanya proses infeksi akut.
    c.       Dorong/bantu latihan nafas abdomen atau bibir
    Rasional : Memberikan cara untuk mengatasi dan mengontrol dispoe dan menurunkan jebakan udara.
    d.      Observasi karakteristik batuk
    Rasional : Batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya pada lansia, penyakit akut atau kelemahan
    e.       Tingkatkan masukan cairan sampai 1500-2000 ml/hari
    Rasional : Hidrasi membantu menurunkan kekentalan sekret mempermudah pengeluaran.
    2.       Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh sekresi, spasme bronchus.
    Tujuan : Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan yang adekuat dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernafasan.
    Rencana Tindakan:
    a.       Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan.
    Rasional : Berguna dalam evaluasi derajat distress pernafasan dan kronisnya proses penyakit.
    b.      Tinggikan kepala tempat tidur, dorong nafas dalam.
    Rasional : Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi.
    c.       Latihan nafas untuk menurunkan kolaps jalan nafas, dispenea dan kerja nafas.
    Auskultasi bunyi nafas.
    Rasional : Bunyi nafas makin redup karena penurunan aliran udara atau area konsolidasi
    d.      Awasi tanda vital dan irama jantung
    Rasional : Takikardia, disritmia dan perubahan tekanan darah dapat menunjukkan efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung.
    e.       Awasi GDA  
    Rasional : PaCO­2 biasanya meningkat, dan PaO2 menurun sehingga hipoksia terjadi derajat lebih besar/kecil.
    f.       Berikan O2 tambahan sesuai dengan indikasi hasil GDA
    Rasional : Dapat memperbaiki/mencegah buruknya hipoksia.
    3.      Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan broncokontriksi, mukus.
    Tujuan : perbaikan dalam pola nafas.
    Rencana Tindakan:
    a.       Ajarkan pasien pernafasan diafragmatik dan pernafasan bibir Rasional : Membantu pasien memperpanjang waktu ekspirasi. Dengan teknik ini pasien akan bernafas lebih efisien dan efektif.
    b.      Berikan dorongan untuk menyelingi aktivitas dan periode istirahat Rasional : memungkinkan pasien untuk melakukan aktivitas tanpa distres berlebihan.
    c.       Berikan dorongan penggunaan pelatihan otot-otot pernafasan jika diharuskan Rasional : menguatkan dan mengkondisikan otot-otot pernafasan.
    4.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispneu,   anoreksia, mual muntah.
    Tujuan : Menunjukkan peningkatan berat badan.
    Rencana Tindakan:
    a.       Kaji kebiasaan diet.
    Rasional : Pasien distress pernafasan akut, anoreksia karena dispnea, produksi sputum.
    b.      Auskultasi bunyi usus
    Rasional : Penurunan bising usus menunjukkan penurunan motilitas gaster.
    c.       Berikan perawatan oral
    Rasional : Rasa tidak enak, bau adalah pencegahan utama yang dapat membuat mual dan muntah.
    d.      Timbang berat badan sesuai indikasi.
    Rasional : Berguna menentukan kebutuhan kalori dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi.
    e.       Konsul ahli gizi
    Rasional : Kebutuhan kalori yang didasarkan pada kebutuhan individu memberikan nutrisi maksimal.
    5.      Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan menetapnya sekret, proses penyakit kronis.
    Tujuan : mengidentifikasi intervensi untuk mencegah resiko tinggi
    Rencana Tindakan:
    a.       Awasi suhu.
    Rasional : Demam dapat terjadi karena infeksi atau dehidrasi.
    b.      Observasi warna, bau sputum.
    Rasional : Sekret berbau, kuning dan kehijauan menunjukkan adanya infeksi.
    c.       Tunjukkan dan bantu pasien tentang pembuangan sputum.
    Rasional : mencegah penyebaran patogen.
    d.      Diskusikan kebutuhan masukan nutrisi adekuat.
    Rasional : Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tekanan darah terhadap infeksi.
    e.       Berikan anti mikroba sesuai indikasi
    Rasional : Dapat diberikan untuk organisme khusus yang teridentifikasi dengan kultur.
    6.       Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
    Tujuan : pasien akan mengalami penurunan rasa ketakutan dan ansietas.
    Rencana tindakan:
    a.       Kaji tingkat kecemasan (ringan, sedang, berat).
    Rasional : Dengan mengetahui tingkat kecemasan klien, sehingga memudahkan tindakan selanjutnya.
    b.      Berikan dorongan emosional.
    Rasional : Dukungan yang baik memberikan semangat tinggi untuk menerima keadaan penyakit yang dialami.
    c.       Beri dorongan mengungkapkan ketakutan/masalah
    Rasional : Mengungkapkan masalah yang dirasakan akan mengurangi beban pikiran yang dirasakan
    d.      Jelaskan jenis prosedur dari pengobatan
    Rasional : Penjelasan yang tepat dan memahami penyakitnya sehingga mau bekerjasama dalam tindakan perawatan dan pengobatan.
    e.       Beri dorongan spiritual
    Rasional : Diharapkan kesabaran yang tinggi untuk menjalani perawatan dan menyerahkan pada TYME atas kesembuhannya.
    7.      Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan perawatan di rumah
    Tujuan : Mengatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan tindakan. Intervensi :
    a.       Jelaskan proses penyakit individu
    Rasional : Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan partisipasi pada rencana pengobatan.
    b.      Instruksikan untuk latihan afas, batuk efektif dan latihan kondisi umum. Rasional : Nafas bibir dan nafas abdominal membantu meminimalkan kolaps jalan nafas dan meningkatkan toleransi aktivitas
    c.       Diskusikan faktor individu yang meningkatkan kondisi misalnya udara, serbuk, asap tembakau.
    Rasional : Faktor lingkungan dapat menimbulkan iritasi bronchial dan peningkatan produksi sekret jalan nafas.
    D.  Impelementasi
    Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi/pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan. Pada pelaksanaan keperawatan diprioritaskan pada upaya untuk mempertahankan jalan nafas, mempermudah pertukaran gas, meningkatkan masukan nutrisi, mencegah komplikasi, memperlambat memperburuknya kondisi, memberikan informasi tentang proses penyakit (Doenges Marilynn E, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan)
    E. Evaluasi
    Pada tahap akhir proses keperawatan adalah mengevaluasi respon pasien terhadap perawatan yang diberikan untuk memastikan bahwa hasil yang diharapkan telah dicapai. Evaluasi merupakan proses yang interaktif dan kontinyu, karena setiap tindakan keperawatan, respon pasien dicatat dan dievaluasi dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan kemudian berdasarkan respon pasien, revisi, intervensi keperawatan/hasil pasien yang mungkin diperlukan. Pada tahap evaluasi mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan yaitu : jalan nafas efektif, pola nafas efektif, pertukaran gas adekuat, masukan nutrisi adekuat, infeksi tidak terjadi, intolerans aktivitas meningkat, kecemasan berkurang/hilang, klien memahami kondisi penyakitnya. (Keliat Budi Anna, 1994, Proses Keperawatan)
     DAFTAR PUSTAKA
    -   Doenges, Marilynn E, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, ; alih bahasa, I Made Kariasa ; editor, Monica Ester, Edisi 3, Jakarta : EGC
    -   Keliat, Budi Anna, Proses Keperawatan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar